Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Focus Group Discussion (FGD) Lending Model Usaha Beternak Itik Balagung Pola Pembibitan dan Pembesaran yang diadakan di Gedung Agung Amuntai, Kamis (7/9).
Kegiatan ini diikuti oleh peternak itik dari beberapa wilayah di Hulu Sungai Utara (HSU) dan dihadiri oleh pejabat SKPD terkait seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten HSU.
Lending model adalah pola pembiayaan bagi usaha-usaha di sektor riil dengan skala usaha yang bertujuan mendorong pembiayaan perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) serta pihak lainnya seperti Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pengusaha dan lain-lain. Lending model ini memudahkan pihak Perbankan, LKBB, Pemprov, Pemkab, dan pengusaha untuk mengetahui, mempelajari, analisa keuangan dan kelayakan suatu usaha.
Usaha peternakan itik dipilih menjadi obyek kajian lending model dikarenakan pemenuhan kebutuhan telur di Indonesia baru mencapai 19,35%, sedangkan kontribusi dalam penyediaan daging itik dan telur itik masih kurang.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia, penyuplai telur terbesar di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten HSU yaitu sekitar 40%. Menurut data BPS Kalsel, Kabupaten HSU pada tahun 2015 menghasilkan itik sebanyak 1.485.780 ekor dan rata-rata tiap tahun menghasilkan 1.428.060 ekor itik.
Itik Balagung terpilih sebagai obyek kajian lending model karena peternak itik Balagung dari penyediaan pakan, pembibitan dan pemeliharaan dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Kepala Tim Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalsel Muhammad Jon menjelaskan sesuai dengan tugas dari Bank Indonesia untuk menjaga nilai tukar rupiah sehingga Bank Indonesia berinisiatif melakukan penelitian dan pengkajian lebih dalam untuk usaha-usaha seperti usaha beternak itik Balagung.
“Itik Balagung itu sendiri ditemukan oleh ibu Hamsiah peternak itik Balagung di Desa Kayakah Kecamatan Amuntai Selatan Kabupaten HSU. Itik Balagung merupakan hasil perkawinan antara itik Alabio Betina dan itik Entok Jantan. Daging itik Balagung lebih tebal dan enak sehingga mempunyai nilai lebih dibanding jenis itik lainnya”, ujar Jon.
Lebih lanjut Jon menyampaikan bahwa pemberian nama Balagung untuk menunjukkan bahwa itik berukuran besar baik jantan maupun betina. Nama tersebut berasal dari kata Bebek ALAbio aGUNG (besar) sehingga pemberin nama Itik Balagung sudah tepat untuk menggambarkan jenis itik tersebut.
“Kajian lending model ini bagi Pemerintah Kabupaten HSU bermanfaat sebagai sumber infomasi sektor usaha potensial beternak itik Balagung. Selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan penyusunan kebijakan yang mendukung perkembangan sektor usaha beternak itik Balagung pola pembibitan dan pembesaran di Kabupaten HSU”, lanjut Jon.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten HSU Ir. H. Ilman Hadi dalam sambutannya menyampaikan pemerintah sangat mendukung program usaha beternak Itik Balagung pola pembibitan dan pembesaran, karena akan menjadi usaha yang sangat potensial untuk dapat menaikkan perekonomian masyarakat HSU khususnya bagi peternak itik Balagung.
“Adanya usaha ternak Itik Balagung akan menggerakkan sektor riil dan UMKM dan adanya penyerapan tenaga kerja. Di Kabupaten HSU terdapat 165 kelompok usaha beternak itik dengan penyerapan tenaga kerja per kelompok minimal 2-3 orang, sedangkan pembibitan itik Balagung sekarang ini hanya dilakukan pada Desa Kayakah pada 1 kelompok yang terdiri 12 orang”, kata Ilman.
Lebih lanjut Ilman menyampaikan bahwa Dinas Pertanian nanti saat pengembangan usaha peternakan itik Balagung akan memfasilitasi vaksinasi flu burung agar usaha beternak itik Balagung tidak terhambat. Untuk itu Ilman berharap adanya dukungan untuk pendanaannya oleh Pemerintah Kabupaten HSU (Diskominfo/Faisal/Aspani).